Kamis, 06 Oktober 2011

Autumn In Paris

Kemaren, gue baruuu aja baca novel. judulnya Autumn In Paris karya Ilana Tan. entah gimana caranya. ato sihir apa yang dia kasih ke gue. entah gimana pun. gue nangis baca novel ini. okke, gue akui gue emang bakalan nangis kalo ada cerita org yg kita sayang meninggal. tapi gak pake boong yang satu ini beda.. cerita cinta yang singkat. dan kebahagiaan dari kedua org yg sangat singkat. hingga ada satu hal, yang ngebuat kedua orang ini, gak bisa.... ehh bahkan gak boleh untuk bersama. kalo menurut gue ini sadis. tapi ini buktiin ke kita kalau, patah hati itu sebenernya belom apa-apa. dibandingkan sama hal yang gak ngizinin lo untuk memiliki org itu. bukan karena manusia yang tak mengizinkan. tapi mereka sudah ditakdirkan untuk gak bersatu dari awal mereka bertemu.. ada kutipan dari novel yang sangat teramat menyedhikan ini, yang bagus banget.. ini dia kutipannya.....

Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai? 


Aku tahu.


Aku memang baru mengenalnya, tapi rasanya aku sudah mengenalnya seumur hidup. Dan tiba-tiba saja aku sadar dia telah menjadi bagian yang sangat penting dalam hidupku


Aku pertama kali bertemu dengannya di bandara Charles de Gaule. Lalu tanpa sengaja aku bertemu denganya lagi di sebuah kelab ketika dia agak mabuk dan salah menyebut nama si bartender. Aku akhirnya tahu namanya pada pertemuan kami yang ketiga. Salah seorang temanku memperkenalkannya kepadaku. Selama ini aku tidak pernah percaya pada yang namanya kebetulan, tetapi ini seperti takdir. Karena akhirnya aku mendapatkan kesempatan mengenalnya.


Saat itu juga aku memutuskan akan mencoba keberuntunganku. Sudah tiga kali aku bertemu dengannya tanpa sengaja--tentu saja saat itu dia tidak tau, karena sejauh yang dia tahu, kami bertemu pertama kalinya saat temannya memperkenalkan kami--dan aku memutuskan jika setelah pertemuan ini aku bisa bertemu dengannya secara kebetulan, aku akan mengambil langkah pertama dan mengajaknya keluar.


Bintang keberuntunganku ternyata sedang bersinar terang saat itu. Aku bertemu dengannya lagi, tanpa sengaja. Kali ini dia yang datang menghampiri dan menyapaku. Harus kuakui aku begitu terpana sampai-sampai mendadak bisu sesaat. Aku tahu aku harus menepati janjiku sendiri. Aku pun mengajaknya menemaniku ke museum.


Benar, gadis misterius yang kutemui di bandara dan Gadis Musim Gugur adalah orang yang sama.


Hidup ini sungguh aneh, juga tidak adil.. Suatu kali hidup melambungkanmu setinggi langit, kali lainnya hidup menghempaskanmu begitu keras ke bumi. Ketika aku menyadari dialah satu-satunya yang paling kubutuhkan dalam hidup ini, kenyataan berteriak di telingaku dia juga satu-satunya orang yang tidak boleh kudapatkan. Kata-kataku mungkin terdengar tidak masuk akal, tetapi percayalah, aku rela melepaskan apa saja, melakukan apa saja, asal bisa bersamanya. Tetapi apakah manusia bisa mengubah kenyataan?


Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang adalah keluar dari hidupnya. Aku tidak akan melupakan dirinya, tetapi aku harus melupakan perasaanku padanya walaupun itu berarti aku harus menghabiskan sisa hidupku mencoba melakukannya. Pasti butuh waktu lama sebelum aku bisa menatapnya tanpa merasakan apa yang kurasakan setiap kali aku melihatnya. Mungkin suatu hari nanti--aku tidak tahu kapan--rasa sakit ini akan hilang dan saat itu kami baru akan bertemu kembali.


Sekarang... Saat ini saja.. Untuk beberapa detik saja... Aku ingin bersikap egois. Aku ingin melupakan semua orang, mengabaikan dunia, dan melupakan asal-usul serta latar belakangku. Tanpa beban, tuntutan, ataupun harapan, aku ingin mengaku.


Aku mencintainya.