Jumat, 16 Januari 2015

~Bahagia Itu Sederhana

          Gue selalu percaya kalau takdir itu ada dan menyelimuti hari-hari kita, semacam suratan takdir yang gabisa kita hindari dan gue juga percaya kalau kadang, senyum hadir bukan karena kejadian besar tapi juga kejadian kecil seperti yang hari ini gue alami. Hari ini hari Jumat, entah kenapa gue berniat untuk bangun pagi, walaupun gak seharusnya gue bangun pagi. Pagi dibuka dengan pembicaraan Gue dan Masayu di tengah-tengah lapangan sekolah sambil menyaksikan matahari terbit yang perlahan membuat goresan oranye di antara Gue dan Masayu. pembicaraan kita kosong, seperti cewe-cewe kebanyakan, seperti biasa kita ngegosip. Rasanya gue belom pernah duduk di tengah lapangan dan menyaksikan fajar tapi hari ini entah kenapa gue yang harusnya lari pagi malah memilih berdiam diri di sana. Ketika itu juga, gue yakin kalau gue akan selalu merindukan pemandangan oranye pagi di tengah-tengah lapangan sekolah. Setelah itu, seperti biasa gue dan Masayu balik ke basecamp kita yaitu sekretariat MPK a.k.a Sekem.
         Sehubungan dengan acara Maulid Nabi yang diadakan rohis sekolah, gue dan teman-teman MPK  turut menyaksikan acara tersebut, walaupun kita malah ngobrol-ngobrol sendiri di belakang tentang siapa tokoh favorit di anime, film, manga masa kecil kita. Dari acara maulid nabi itu, yang bisa gue resap hanyalah 1. Persia pernah ngalahin Romawi, yang menginspirasi gue buat cerita cinta Sheilla (temen gue) dengan Alfa (tokoh serial supernova karya Dee) dari kejadian itu, 2. Pecut, ustad cabul dari sekem memenangkan lomba MTQ, 3. Naufal yang diem-diem pernah suka nonton Cardcaptor Sakura, 4. Hanif yang ternyata menyukai tokoh Sasuke si baper yg tiba-tiba mau jadi hokage, dan 5. Masayu yang punya kebiasaan aneh yaitu menggigit orang dikala gemes.
         Hari ini, gue tidak begitu mendengarkan apa yang guru jelaskan, berhubung gue bangun pagi dan kedinginan setengah mati sampai bulu kuduk geregetan ingin berdiri, gue malah tertidur dengan nyenyaknya. Tapi di pelajaran terakhir, guru Bahasa Inggris gue mengadakan lomba debat, walaupun team gue kalah karena gak konsisten sama pernyataan yang telah di ungkapkan, gue di praise The Best Speaker di lomba itu, terima kasih Ms. Molly :) walaupun Bahasa Inggris gue suka ngaco. Setelah itu, gue mengadakan rapat festival LabsProject, gaada yang perlu di ceritakan tentang ini sih, karena rapat ya rapat, membosankan, tapi seru, yah begitulah. Selanjutnya, seperti biasa, gue kembali ke basecamp gue yaitu Sekem. Sambil menunggu pulang, gue pun cerita seru dengan penghuni sekem.
          Nah, dari sini cerita asli yang nyambung sama judulnya baru dimulai. Nyatanya hari ini gue gak dijemput, gue gak kesel karena harus naik kendaraan lain, gue hanya merasakan capek yang luar biasa. Karena yang hadir dan ready adalah Bajaj BBG akhirnya gue pun memutuskan untuk naik kendaraan itu. di Bajaj-lah pengalaman pertama ngobrol sama supir bajaj dimulai. Awalnya, sang supir, anggap saja Pak Asep, berkata "wah, bagus nih Jokowi, semua jalan diratain, kan kalo kayak gini jakarta bersih" sambil melihat di sebelah kiri tidak terlihat lagi warung-warung yang biasanya ada, sudah digusur rapih hingga hanya ada sampah-sampah bekas warung yang berserakan. Setelah itu, di tengah jalan yang ramai akan asap kendaraan bermotor, hadir rekan bajaj lainnya, yang bicara soal harga gas yang mahal,  kedua rekan itu berbicara sambil tertawa menyindir dan anehnya juga memuji keadaan Indonesia sekarang. Kaget dengan pernyataan Pak Asep dan rekannya,  gue memberanikan diri untuk bertanya "Gimana, pak menurut bapak harga BBM naik?" "ahh itu kan turun lagi, neng!".
          Dari pertanyaan itu, gue dan Pak Asep pun mendiskusikan banyak hal, dari bantuan pemerintah yang tidak sampai ke orang-orang yang membutuhkan, korupsi Kepala Sekolah, Putrinya yang masuk SMK jurusan akuntansi dan terlihat sekali kalau bapak Asep bangga karena hanya orang pintar katanya yang bisa masuk ke akuntansi, dan juga Bapak Asep adalah salah satu pendukung Jokowi karena mereka satu rumpun, ia berasal dari kota Solo yang konon katanya apik. Pak Asep tidak hanya curhat ttg Solo dan putrinya namun ia juga memberikan gue banyak nasihat. Seperti, kerja keras itu penting, jadi wanita itu jangan nakal suka pergi malam, belajar yang giat, dan terakhir jadilah orang jujur. Dari pengalaman ngobrol sama Pak Asep tadi, gue belajar banyak hal, kalau sekarang orang yang berpenghasilan kecil juga merindukan kota Jakarta yang asri lingkungannya, tidak hanya rindu mereka juga peduli dengan itu. Pak Asep ternyata juga punya harapan tentang Jakarta kalau nanti Jakarta akan bersih dan rapi seperti kota kelahirannya, Solo.
          Gue bahagia bisa diberikan kesempatan untuk berbicara dengan Pak Asep, gue bahagia, hari Jumat ini uang jajan gue gak gue habisin sekaligus jadi gue bisa menyisihkan beberapa uang saku untuk Pak Asep, gue bahagia karena gue bisa belajar dari pengalaman berbicara dengan bapak Asep. Uang saku yang gue sisipkan beberapa untuk Pak Asep ga banyak, tapi ketika gue membayar dan ia tersenyum dengan gigi putih nan cemerlangnya itu membuat gue bahagia luar biasa, gue gatau kenapa, tapi ada perasaan puas dan lega seakan-akan gue telah menjaga uang itu untuk Pak Asep. Hari ini, gak seperti pengalaman naik Bajaj lainnya, hari ini gue disempatkan untuk berbicara dan diskusi dengan supirnya. Dan ternyata tak diduga kalau obrolan itu gak kalah seru dengan pembicaraan gue dan Masayu yang ngegosipin orang.