Senin, 29 Desember 2014

~2014

Berawal dari 1 januari dan berakhir di 31 desember. 365-2 hari terakhir telah gue jalanin dengan suka ria. Pasrah lebih tepatnya.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, 1 Januari gue lewatin hanya bertiga, Bunda, Ayah, and myself tanpa kedua kakak gue yang berada di kontinen berbeda. Masih hangat memorinya di kepala gue, muka bete gue pasang selama menelusuri jalanan orchard, minum satu cup vanilla latte starbucks, dan foto-foto di jalanan penuh dengan cahaya-cahaya yang gak perlu, tapi tetap cantik untuk di pajang di sepanjang jalanan orchard. Pada saat itu, gue bete, karena mama gue gamau diajak ke Marina Bay Sands untuk ngeliat kembang api, padahal gue sang kembang api lovers ini pengen banget liat. Sensasi tahun baru hilang men kalo gak sambil nonton kembang api. Gue bahkan gak counting “3..2..1.. HAPPY NEW YEAR!” Melainkan… “Yah, udah tahun baru belom sih?” nyenggol Ayah gue yang ada di sebelah. Gue masih inget banget gimana perasaan gue pada saat itu. Kesel, mau marah, pengen nangis, capek, dan…….. kangen.
            Tahun 2014 adalah pemegang rekor “nangis terbanyak” selama ini. Kalo 2014 itu makanan, 2014 itu kayak gado-gado pake jelly, honey star, susu, pare, bunga papaya, pokonya semua makanan di campur, terus pedes banget, tapi manis banget juga karena kecapnya kebanyakan. Absurd. Yah, memang. Beginilah kehidupan gue. Tapi, hasil dari makanan aneh yang dijejelin di kehidupan gue ini membuat gue merasakan semuanya dan gak malu untuk nunjukkin perasaan itu ke orang lain. Kalo gue mau nangis? Ya nangis on sight, kalo gue mau ketawa, gue bakal ketawa sekenceng-kencengnya sampe perut gue terasa sehabis dipukulin sama tukang pukul abis itu kebelet pipis karena geli sendiri denger ketawa gue yang aneh.
Tahun ini tuh aneh banget buat gue, semuanya itu berbeda, dan seakan-akan gue menjalaninya dengan kepribadian baru. Gue bisa menantang seorang guru paling killer yang pernah gue tau, sampe satu kelas ngeliatin gue bingung, walaupun keluar2 gue nangis sejadi-jadinya karena takut. Bahkan gue juga bisa jatuh cinta gila-gila-an sama seseorang sampe bikin mixtape gaperlu, hujan2an pas cfd, selalu nengokin ke kelas sebelah kalo buang sampah, nge stalking orang itu semalam suntuk, dan cuma dengan satu hari, gue langsung bisa menyatakan “you know what? it’s over” tutup buku dan siap dengan kisah yang lain. Dan gue juga bisa nangis sejadi-jadinya waktu intro lagu sakral labschool yang bikin gue nangis kejer ketika “hujan di sore hari…..” dan habis sudah, semua orang udah gaada lagi yang sempet ikut nyanyi, I say, let it rain. Walaupun ultah paling nyebelin adalah ultah gue di 2014 karena, kakak gue yang flamboyan itu gak sengaja lupa. Tapi di tahun ini, semua kejadian itu terasa patut ditulis dan diabadikan, semuanya patut untuk dikenang lagi dan lagi.
2 semester gue jalanin di 2014. Semester pertama gue masih kelas 10 dan semester kedua gue udh kelas 11. 1 semester terakhir di kelas 10 itu rasanya seru, gue dan kelas gue bikin film pertama ‘rahasia’, dan menang script terbaik, terus gue ngerasain jadi keamanan di LP, studi banding dan makrab bareng SN, dan getting excited karena bakalan jadi kakak kelas. Dan setelah itu, gue naik kelas (yaiyalahya). 1 semester jadi anak kelas 11 di SMA itu capek, tapi fun dan exciting. Banyak hal yang bisa dieksplor, dari organisasinya, dari kegiatan-kegiatannya, terutama orang-orang yang turut serta di dalamnya. Apalagi organisasi MPK gue. Bisa dibilang, gue sangat menyayangi mereka sebagai teman dan rekan kerja walaupun isinya ew freak tapi anehnya mereka itu kritis-kritis dan smart, gue suka ngobrol tentang kehidupan atau pembicaraan tanpa arah sama mereka yang kadang itu seru sampe gue pulang sore hanya karena ngobrol. Selain orang-orangnya, gue sangat teramat sangat menyayangi ruangannya yaitu SEKEM. Like, I LOVE SEKEM SO MUCH. Kalo nanti gue lepas jabatan, gue bakal meluk sekem selama mungkin (walaupun itu gamungkin).
Di tahun ini, gue merasakan sebuah evolusi dari remaja alay, ke remaja yang mulai dewasa, sampai ke remaja dewasa. Diumur gue yang 16 tahun dan gak kerasa ini, gue banyak berfikir tentang hidup gue sendiri. Seperti contohnya pemikiran soal prospek ke depannya gue mau ngejalaninnya kayak gimana, atau soal cita-cita, dan bahkan kepribadian gue sendiri. Gue mau apa, dan mau kayak gimana nantinya atau hari ini gue mau berbuat apa. Kerasa kalau saat-saat ini adalah saat dimana gue memulai pencarian jati diri (asik). Di tahun ini, gue udah mulai mencari-cari arah atau tujuan hidup gue, yang sebelumnya belum kepikiran, rasanya aneh ketika diri lo sendiri udah mulai mencari, karena sebelumnya hidup lo fine-fine aja tanpa tujuan. Tapi ketika kita tumbuh dan berkembang, suddenly tujuan itu ada. tinggal kita mau nyari-nya kayak gimana. Dan seakan-akan semua itu ada waktunya, seakan-akan tahun 2014 itu nungguin gue untuk berubah, berevolusi dan berkembang. Seakan-akan 2014 itu tau, kalau di tahun ini gue harus ngerasain hal-hal aneh dan gak biasa, baru gue bisa berevolusi jadi dewasa nantinya.
Tahun ini, gue belajar, untuk melakukan sesuatu, untuk menerima sesuatu, untuk melepas sesuatu, untuk mengetahui sesuatu, untuk mengeksplor sesuatu, untuk menjalani sesuatu dan untuk sadar akan sesuatu. Dan ‘sesuatu’ itu gak cuma satu tapi banyak. Hampir semua rasa udah gue cobain dan disatuin di satu permen yang namanya 2014. Semua hal yang udah pernah terjadi, ketika gue liat kebelakang, rasanya kayak semua itu udah diatur. Seperti semua hal itu ada waktunya, dan ada di saat yang tepat sekalipun pada saat itu, terasa gak tepat sama sekali. Keluhan-keluhan gue di awal tahun tentang 2014, terasa gak penting dan gak diperlukan lagi, karena gue yang lagi jalan di jalanan orchard dan minum starbucks waktu itu, have no idea tentang 2014 bakal kayak gimana dan bagaimana 2014 udah ngajarin gue. diawal tahun, gue kangen tentang satu hal, dan itu adalah tentang gimana rasanya bahagia ditahun baru ngerayain bareng keluarga besar di puncak. Dan diakhir 2014 kemarin, gue kumpul lagi bareng keluarga besar gue, dan ngerasain hal bahagia itu lagi dengan tambahan orang-orang baru, yang ngebuat keluarga gue jadi lebih berwarna lagi. Kita gak akan pernah tau apa yang akan datang nantinya ditahun berikutnya dan cuma bisa, sekali lagi, pasrah. Tapi gue yakin bakal banyak kejutan-kejutan yang hidup akan kasih ke kita, entah itu duka atau suka, gue yakin itu untuk yang terbaik.